Minggu, 17 April 2016

SIAPAKAH YANG MENJADI GUBERNUR DKI JAKARTA?



SIAPAKAH YANG MENJADI GUBERNUR DKI JAKARTA?


            Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pompinan Negara secara langsung atau tidak langsung mepengaruhi kebijakan pemerintah.

            Helbert McClosky dalah international encyclopedia of the social sciences “partisipasi politik adalah kegiatan – kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum”.

            Konsep Pemilihan Pemula menurut pasal 1 ayat (22) UU No 10 Tahun 2008, pemilihan adalah warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah pernah menikah atau pernah kawin, kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No 10 tahun 2008 menjelaskam bahwa pemilihan yang mempunyai hak memilih adalah warga Negara Indonesia yang di daftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih.

            Konsep pemilihan umum kepala daerah, menurut Undang – Undang No 32 tahun 2004 dari pasal 56 sampai pasal 119 pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, tahap pemilukada langsung meliputi tahap pendaftaran dan penetapan calon, kampanye, penetapan daftar pemilih, perhitungan suara, penetapan pasangan calon terpilih, pengesahan dan pelantikan dan tahap biaya pemantauan dan penyelenggaraan pemilukada.

            Sepanjang zaman manusia membutuhkan kehadiran pemimpin, pemimpin yang dianggap mewakili aspirasi masyarakat, pemimpin yang dapat memperjuangkan anggota dan kepentingan anggota masyarakat (Wahyudi, 2006:17). Karena itu masyarakatlah yang harus menentukan sendiri siapa yang bisa layak menjadi kepala daerah.

            Didalam sistem pemilihan kepala daerah secara langsung, setiap calon kepala daerah di daftar dan calon yang mendapatkan suara terbanyak akan memenankan pemilihan kepala daerah (S.H Sarundajang 2012:166). Setiap daerah dipimpin oleh pemerintah daerah, kepala daerah untuk provinsi disebut Gubernur, untuk kabupaten di sebut Bupati, dan untuk kota disebut Walikota. Kepala daerah dibantu oleh wakil kepala daerah dan dipilih secara langsung oleh rakyat daerah yang bersangkutan.

            Indonesia khususnya Jakarta sedang dibuat kebingungan untuk memilih siapakah yang layak untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017. Tak sedikit deretan nama tercatat dalam calon Ketua Gubernur DKI Jakarta. Tak hanya warga Jakarta yang antusias akan tetapi warga dari daerah lain pun ikut antusias dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta ini. Ridwan Kamil salah satu Gubernur Bandung namanya pun sempat menghebohkan diberbagai media. Ridwan Kamil sempat dirumorkam akan ikut memcalonkan dirinya untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta, akan tetapi Ridwan Kamil memilih untuk mundur dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

            Bukan karena Ridwan Kamil yang takut bersaing dengan para calon Gubernur lainnya akan tetapi Ridwan Kamil masih merasa ingin membangun Bandung lebih baik lagi, bukan hanya karena alasan tersebut.  Ada 4 alasan mengapa Ridwan Kamil tidak akan masuk dalam bursa Pilgub DKI Jakarta.

            Pertama. Ridwan Kamil mampu menunjukkan kesaksiannya bak seorang gadis yang amat cantik sehingga membuat semuanya tertarik untuk meminangnya. Sayang beribu kali sayang, Ridwan Kamil sama sekali tidak tertarik untuk menerima pinangan dari sejumlah partai politik yang hendak meminangnya dan mencalonkannya sebagai Cagub DKI Jakarta, termasuk Gerindra. Karena Ridwan Kamil melihat peluang dan potensinya di Jakarta untuk menang adalah kecil. Kecilnya peluang karena lawan yang akan dihadapinya adalah Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok yang sudah menunjukkan dan membuktikan kinerjanya dalam mengelola birokrat pemerintahan DKI Jakarta dengan prinsip keterbukaan terutama menyangkut anggaran.

            Kedua. Ridwan Kamil lebih mempertimbangkan untuk maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat untuk periode mendatang. Karena potensi kemenangan Ridwan Kamil untuk meraup suara warga Jawa Barat lebih besar peluangnya ketimbang di Jakarta. Ini tak lain disebabkan karena masyarakat DKI Jakarta berbeda karakteristik dengan masyarakat di Jawa Barat. Bagi masyarakat DKI Jakarta kepemimpinan Ahok yang tegas, keras dan tak kompromi selama ini sudah cukup membuktikan kemampuan Ahok dalam mengelola anggaran daerah juga menghadirkan perubahan di ibukota negara ini. Sedangkan Ridwan Kamil bagi masyarakat DKI Jakarta masih dianggap baru akan memulai.

            Ketiga. Sikap Gerindra yang seolah-olah terus mengejar-ngejar Ridwan Kamil bahkan mengultimatum Ridwan Kamil agar mendeklarasikan maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dari Gerindra sebelum 20 April dan ini dianggap oleh Ridwan Kamil tidak akan berhenti disitu saja. Ridwan Kamil mampu membaca dan melihat keinginan Gerindra kedepannya yakni agar dapat dikendalikan oleh fraksi di DPRD DKI Jakarta. Ridwan Kamil cukup belajar dari pengalaman Ahok yang terus-terusan diganggu oleh DPRD DKI Jakarta ketika tak mau dijaka bekerjasama soal anggaran. Terutama soal penyusunan anggaran, sehingga Ridwan Kamil lebih memilih menghindari resiko di Jakarta dan lebih memililih akan bertarung dalam memperebutkan Jabar-1 bukan DKI-1.

            Keempat. Ridwan Kamil tak mau gegabah menuruti kehedak Gerindra dan oleh sebab itulah sikap diam Ridwan Kamil selama ini bisa diartikan sebagai bentuk bahwa Ridwan Kamil hanya ini terus membenahi kota Bandung hingga saatnya tiba Pilgub Jawa Barat, maka Ridwan Kamil akan maju sebagai kandidat calon Gubernur Jawa Barat. Ridwan Kamil ingin menunjukkan kepada warga Jawab Barat bahwa ia bukanlah kutu loncat, karena jika Ridwan Kamil meloncat ke Jakarta dan mengalami kekalahan, Maka peluang kemenangan Ridwan Kamil menjadi Gubernur Jawa Barat pun akan tertutup rapat. Karena yang diinginkan oleh masyarakat Jawa Barat saat ini adalah Ridwan Kamil terus bekerja dan maju pada saat Pilgub Jawa Barat, dan potensi kemenangan Ridwan Kamil pun cukup besar hingga 60%.

            Siapapun yang terpilih untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta, merupakan pilihan yang terbaik untuk membangun DKI Jakarta yang lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA


Umboh, Topan. 2013. “PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA)”. Vol. 2 No. 1.