Hubungan Perusahaan dengan
Stakeholder, Lintas Budaya dan Pola Hidup, Audit Sosial
Ada
dua bentuk utama stakeholder dalam bisnis, yaitu :
1. Stakeholder primer
Stakeholder
primer adalah pihak dimana tanpa partisipasinya yang berkelanjutan organisasi
tidak dapat bertahan. Contohnya Pemilik modal atau saham, kreditor, karyawan,
pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau rekanan. Menurut Clarkson, suatu
perusahaan atau organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu system stakeholder
primer yang merupakan rangkaian kompleks hubungan antara kelompok-kelompok
kepentingan yang mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung jawab yang
berbeda. Perusahaan ini juga harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis
dengan kelompok ini.
2. Stakeholder sekunder
Stakeholder
sekunder adalah pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tapi
mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu
penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Contohnya Pemerintah setempat,
pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat.
Perusahaan tidak bergantung pada kelompok ini untuk kelangsungan hidupnya, tapi
mereka bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dengan mengganggu kelancaran bisnis
perusahaan. Pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media
massa, kelompok pendukung, masyarakat.
STEREOTYPE,
PREJUDICE, STIGMA SOSIAL
Perusahaan pada dasarnya adalah
suatu bentuk organisasi dengan kebudayaan yang spesifik yang hanya di miliki
oleh perusahaan yang bersangkutan sehingga angota – anggota korporasi tersebut
yang juga anggota sebuah komunitas.
Dalam kaitannya dengan perbedaan
budaya da pola hidup yang ada sebagai lingkungan perusahaan yang bersangkutan,
maka masalah akulturasi menjadi hal yang penting di perhatikan. Akulturasi atau
dalam arti percampuran budaya antara satu komnitas dengan komunitas lain dapat
terjadi ketika anggota komunitas melakukan interaksi sosial yang intensif.
Penyebaran pengetahuan budaya dari
satu kelompok sosial (termasuk di dalamnya perusahaan) kepada perusahaan lainya
mengandung pengaruh dari kebudayaan tertentu, sehingga diffusi (Pengaruh) ini
dapat menjadi pengetahuan bagi kelompok lainnya.
Dapat kita identifikasi bahwa
dominasi pengaruh global lebih kuat dari pada budaya komunitas indonesia itu
sendiri. Penggunaan budaya dominan akan semakin sering kita akulturasi budaya
terus berjalan dengan baik, kekuatan pengaruh budaya semakin dapat menjadikan
budaya yang dominan sebagai acuan untuk bertindak dan bertingkah laku.
Lintas budaya menjadi suatu proses
yang umum terjadi, hal ini karena komunikasi sangat mudah terjangkau, dan
interaksi antar kelompok yang berbeda sangat mudah terjadi. Oleh karena itu
segala kegiatan yang menjadi dasar bagi aktivitas perusahaan yang mengandung
proses lintas budaya.
Perbedaan pola hidup akan menjadi
suatu hambatan bagi berjalannya korporasi, masalah – masalah intern pegawai
atau anggota korporasi dapat juga menjadi kendala. Biasanya pegawai yang
berasal dari penduduk lokal sering diidentikan dengan orang yang malas–malas,
tidak mau maju, dsb. Memungkinkan perlunya suatu usaha untuk melakukan
monitoring, evaluasi dan audit sosial terhadap berjalannya korporasi yang di
lakukan oleh orang tertentu yang memang berkeahlian di bidang tersebut.
Dalam interaksi sosial akan muncul
di dalamnya identitas yang mencirikan golongan sosial dari individu yang
bersangkutan berupa atribut – atribut/ciri – ciri, tanda, gaya bicara yang
membedakan dengan atribut dari sukubangsa. Hubungan antar sukubangsa yang ada
dalam wilayah cenderung mengarah pada penguasaan, maka akan muncul stereotype,
prejudice, dan stigma social.
1. Stereotype adalah anggapan satu
golongan terhadap golongan lainnya dan biasanya anggapan ini berkaitan
dengan keburukan – keburukan kelompok lain.
2. Prejudice merupakan prasangka dari
golongan satu terhadap golongan lainnya.
3. Stigma adalah suatu penilaian
dari satu golongan terhadap golongan lainnya untuk ber hati – hati dan
kalau bisa tidak berhubungan dengan golongan lain tersebut.
Stereotype, prejudice dan stigma
sosial muncul karena pengalaman seorang individu dari golongan satu terhadap
golongan lainnya dan kemudian individu tersebut mengabarkan pengalamannya
tersebut. Akibat dari pengetahuan tentang sukubangsa lain dari golongan
sosial lain akan dipakai sebagai referensi dalam pengetahuan budayanya
untuk beradaptasi dengan dengan suku bangsa lain.
KOMUNITAS
INDONESIA DAN ETIKA BISNIS
Indonesia memerlukan suatu bentuk
etika bisnis yang sangat spesifik dan sesuai denga model indonesia. Hal ini
dapat di pahami bahwa bila ditilik dari bentuknya, komunitas Indonesia,
komunitas elite, dan komunitas rakyat.Bentuk – bentuk pola hidup komunitas di
indonesia sangat bervariasi dari berburu meramu sampai dengan industri jasa. Dalam
suatu kenyataan di komunitas indonesia pernah terjadi mala petaka kelaparan di
daerah Nabire Papua. Bahwa komunitas Nabire mengkonsumsi sagu, pisang, ubi dan
dengan keadaaan cuaca yang kemarau tanah tidak dapat mendukung pengolahan bagi
tanaman ini, kondisi ini mendorong pemerintah dan perusahaan untuk dapat
membantu komunitas tersebut. Dari gambaran ini tampak bawa tidak adanya rasa
empati bagi komunitas elite dan perusahaan dalam memahami pola hidup komunitas
lain.
Dalam konteks yang demikian, maka di
tuntut bagi perusahaan untuk dapat memahami etika bisnis ketika berhubungan
dengan stakeholder di luar perusahaannya seperti komunitas lokal atau kelompok
sosial yang berbeda pola hidup.
Seorang teman Arif Budimanta
mensitir kata–kata sukarno presiden pertama indonesia yang menyatakan bahwa
“tidak akan di serahkan pengelolaan sumber daya alam Indonesia kepada pihak
asng sebelum orang Indonesia mampu mengelolanya”, kalimat ini terkandung suatu
pesan etika bisnis yang teramat dalam bahwa sebelum bangsa Indonesia dapat
menyamai kemampuan asing, maka tidak akan mungkin wilayah Indonesia di serahkan
kepada asing (pengelolaannya).
Jati
diri bangsa perlu digali kembali untuk menetapkan sebuah etika yang berlaku
secara umum bagi komunitas Indonesia yang multikultur ini. Jati diri merupakan
suatu bentuk kata benda yang bermakna menyeluruh sebagai sebuah kekuatan
bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar