Rabu, 03 Juni 2015

Just With You



JUST WITH YOU

Dau pohon sakura berguguran. Menandakan musim semi akan berakhir. Hembusan angin lembut menerpa wajah mungil kami. Ditengah tumpukan bunga sakura kami bermain. Senyum yang tidak pernah lepas. Bermain seperti anak kecil lainnya. Tanpa beban. 

“Hei kau jangan lari!!” kata Krystin

“Kejar aku kalau bisa.. Wlee” jawab Christ menantang

“Liat saja kau kalau sampai tertangkap” 

Christ berlari secepat mungkin menjauhi Krystin. Mereka saling mengejar dan senyum yang tidak lepas dari wajah mungilnya. Senyum polos. Senyum kebahagiaan dan ketulusan dari kedua malaikat kecil.

“Aduh..” Krystin terjatuh. Christ yang mendengar suara itu langsung berhenti dan melihat keadaanya. 

“Kamu gapapa? Coba aku lihat”

“Kakiku sakitt.. Huaaa..” Krystin menangis cukup keras sehingga membuat Christ cukup panik.

“Jangan menangis.. Sini aku lihat lukamu. Hanya tergores, ayo kita obati dirumahku” kata Christ sambil menenangkan Krystin dengan senyum manisnya.


~*~*~*~*~*~*~

Hari demi hari berganti. Sejak saat itu Christ tidak pernah keluar rumah. Saat Christ dan orang tuanya mengalami kecelakaan pesawat. Pesawat yang mereka tumpangi saat liburan jatuh. Hanya Christ yang selamat. Sekarang Christ tinggal bersama kakeknya. Setiap harinya Krystin mengajak Christ bermain. Hasilnya, tidak ada jawaban apa-apa darinya. Hanya bisa melihatnya di pagi hari sebelum ia berangkat sekolah. Hanya saat itulah Christ mau keluar dari rumah. 

Krystin sudah mencoba segala cara. Mengajaknya bermain salju. Mengajaknya ke pemandian air panas. Mengajaknya bermain sepeda, bermain bola bahkan bermain dengan bunga sakura yang berguguran. Tapi nihil. Krystin tidak pernah berhenti mencoba. Hingga suatu hari, ketika hujan turun, Krystin melihat kerarah jendela rumah Christ yang letaknya hanya beberapa meter dari rumahnya. Christ juga menatap keluar jendela sambil termenung. Krystin berusaha membuat Christ melihat kearahnya. Tapi sepertinya Christ terlalu serius dengan apa yang sedang ia pikirkan. Krystin teringat akan suatu hal. Ia pun langsung berlari ke kamarnya mencari jas hujan dan payung kecil. Krystin berlari keluar menuju taman bunga di dekat rumahnya. Christ yang tanpa sadar memperhatikan gerak gerik tetangga kecilnya itu bertanya-tanya “Apa yang akan dia lakukan?”. Krystin kembali dengan setangkai bunga blood lily -menyerupai bunga dandelion hanya saja berwarna merah dan termasuk jenis lily yang hidup di musim hujan- ke jendela kamar Christ. 

“Ini untukmu” berharap Christ menerimanya dan tidak bersikap dingin padanya. Christ hanya bisa melihatnya dari dalam kamar. Ia langsung pergi mengabaikannya. Krystin merasa kecewa dan sedih. Tak lama kemudian jendela kamar Christ terbuka dan ia keluar dari jendela dengan jas hujannya. 

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Christ dingin

“Aku hanya ingin bermain bersamamu, seperti dulu” kata Krystin dengan senyum polosnya. Christ baru menyadari bahwa tidak semua orang pergi meniggalkannya. Masih ada Krystin. 
Dia yang selalu diabaikan. Ternyata hanya dia yang bisa mengembalikan perasaan Christ seperti sebelumnya. 

“Ayo kita main hujan di taman” ajak Krystin sambil menarik tangan Christ yang sedari tadi berdiam diri. 

Senyum yang dulunya sempat hilang kini kembali. Di tempat sedingin ini, masih ada kehangatan dari senyum kecil dari wajah polosnya. Senyum yang dapat merubah semuanya. Senyum yang membuat orang lain behagia.


Selesai~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar